“Rinduku Membendung Kenangan”
“Nikmati saja Nara, nikmati!” Jawab anak kecil yang
bertindak sebagai pendorong ayunan sahabatnya.
“Baiklah! Tapi jangan sampai aku ini terjatuh karena
ulahmu, dan jangan salahkan aku ketika kau ini dipanggil oleh bundaku!” Laju
ayunan itu melambat.
“Baiklah kalau begitu sekarang giliranku Nara!”
Dengan cepat mereka bertukar posisi, Kesya yang tadinya memegang kendali kini
digantikan oleh Nara, dan Nara yang tadinya diayun saat ini giliran Kesya.
“Dorong dengan kuat Nara!” Seru Kesya, Nara yang
mendapat komando itu tentu saja melakukannya.
Ayunan
pohon itu berayun dengan laju yang cukup kencang, sehingga mereka yang
memainkannya tidak menyadarinya. Tentu saja orang yang pertama kali menjadi
korban adalah orang yang ada diatas ayunan yakni Kesya. Dan selanjutnya bunyi
mengerikan terdengar digendang telinga Nara, dan itu suara jatuhnya tubuh Kesya
dari atas ayunan tersebut. Tangis Kesya Pecah begitu saja ketika tiba-tiba
jatuh tengkurap dan ketika ia melihat darah segar mengalir dilututnya.
Nara
melihat itu semua, dan kini ia ikut menangis ketika melihat sahabatnya terluka
olehnya. Bayangkan saja anak yang berusia sama-sama 6 tahun tentu saja tidak
tahu apa-apa dalam berbagai penanganan medis atau yang lebih dikenal dengan
pertolongan pertama pada korban luka. Kesya terpental tidak terlalu jauh paling
tidak sekitar 2 meter dari tempat berayunnya, dan yang menyebabkan berdarahnya
lututnya adalah batu-batu kerikil yang ada ditaman bermain ini.
“Kesyaaa,… kau kenapa, apa itu sakit? Maafkan Nara
ya!” Nara menagis sembari mengucek-ngucek air matanya sendiri. Keadaan kini
berbanding terbalik karena justru yang menangis jauh lebih kencang adalah Nara
bukan Kesya yang notabennya merupakan korban sesungguhnya.
“Nara, Kesya tidak apa-apa. Berhentilah menangis”
Kesya menenangkan Nara “Sungguh?” Kesya meyakinkannya dengan mengangguk pasti.
“Kalau begitu, ayo kita pulang, dan kemudian mengobati lukamu” Tidak ada lagi tangisan yang terdengar antara
keduanya, karena kini itu semua telah digantikan oleh tawa kebahagiaan.
“Kau tahu Kesya tadi itu begitu konyol. Hahaha…”
Nara mengingat-ingat ketika Kesya yang jatuh dengan begitu erotisnya dari
ayunan tadi.
“Kau benar juga, tapi itu semuakan karena ulahmu.
Nara” Kesya memproutkan bibirnya dengan gerakan lucu.
“Iya-iya maafkan aku ya” Pinta Nara, dan pelukan
hangat sebagai penebus kesalahannya.
“Baiklah” Kesya membalas pelukannya.
***
Terik dari
lampu bohlam dunia dunia kini memancarkan cahayanya dengan begitu hebatnya. Seperti
berniat untuk membakar hidup-hidup mahkluk-mahkluk yang ada dibawahnya. Tetapi
itu semua tidak menyurutkan semangat dari kedua anak kecil bergender perempuan
ini. Mereka tertawa dengan begitu lepasnya seakan dunia hanya milik mereka
berdua. Berlari-lari kesana-kemari, melompat-lompat, saling mengayun diayunan,
dan juga bergelantungan didalam kerangka mirip globe yang tersedia di taman
itu.
“Hahaha… Kesya hentikan! Kau membuatku takut” Pekik
Nara ketika melihat sahabatnya yang dengan beraninya bergelantungan dipuncak
kerangka globe tadi.
“Jangan khawatir” Balas Kesya yang masih asik
menikmati permainannya. “Kau harus mencobanya, Nara” sambungnya.
“Tidak akan!” Jawab Nara dengan tegas, masih menatap
ngeri Kesya yang terus memindahkan tangannya dari besi satu kebesi yang
lainnya.
“Oh, ya sudah” Kesya menghiraukannya. Dan saat Kesya
hendak memindahkan tangannya lagi, tapi peristiwa na’as kembali terulang.
Tangan kesya terlepas dari besi itu, sehingga mengakibatkan dirinya terjatuh
kebawah.
“Kesya!!!” Teriakan histeris keluar dari mulut kecil
Nara, selanjutnya ia segera menghampiri Kesya.
“Na, na, nara!” Kepala Kesya bocor akibat terbentur
pada batu taman yang cukup besar, yang mengakibatkan darah mengalir cukup
banyak.
“Kesyaaaa…”
***
Setelah
incident tragis yang menimpah Kesya, kesya tidak pernah lagi bermain bersama
Nara. Boro-boro muncul saja tidak pernah. Nara selalu berniat untuk mengajak
dan memanggil Kesya untuk bermain seperti biasanya ditaman, tetapi yang
didapatkan Nara hanya ketidak adaan Kesya dirumahnya. Dan yang paling
mengejutkan adalah kabarnya Kesya pindah keluar negeri ikut bersama mommy dan
daddynya.
Nara
sedih, tidak ada lagi yang bisa ia ajak bermain bersama, tidak ada lagi yang
bisa ia ajak tertawa bersama, dan yang terlebih dari itu semua dalah tidak ada
lagi yang bisa ia larang-larang ketika sisi anak laki-laki dan sisi keberanian
Kesya muncul yang menyebabkan pada akhirnya Kesya akan terluka sendiri karena
tidak mendengar perkataan sahabatnya, Nara.
***
Hari-hari dilewati
Nara dengan seiring berjalannya waktu. Rindu-rindu ini membuatnya harus terus
menahan seluruh kenangan indahnya bersama sahabat kecilnya, Kesya. Masih terpatri dengan jelasnya berbagai
kenangan dan wajah cantik sahabatnya. Entah kini bagaimana rupa wajah
sahabatnya itu, mungkin ia telah tumbuh menjadi gadis yang berparas begitu
cantik.
Sekarang
Nara bukan lagi anak kecil polos dan lucu yang jauh dari kata dosa. Kini ia
telah tumbuh menjadi seorang gadis cantik, manis, dan pintar yang tentu saja
dipuja-puja oleh berbagai kaum adam. 17 tahun merupakan umur yang sudah cukup
matang. Dan sepanjang itu pulah ia dan sahabatnya harus terpisah dengan jarak
dan waktu yang membela persahabatannya, 11 tahun bukan waktu yang cukup singkat
untuk melupakan masa-masa kecil bahagianya.
Kepergian
Kesya masih membekas dihatinya, dan hal yang paling ia inginkan hanya untuk
meliat wajahnya kini dan saling bertukar masa-masa kelam tanpa keberadaan diri
masing-masing disampingnya. Hanya itu dan hanya itu tidak lebih sama sekali.
***
Hari
minggu dijadikan Nara sebagai hari untuk bersih-bersih dan berbelanja. Saat ini
dia sedang berada disalah satu supermarket yang berjarak cukup dekat dari
kostannya. Memang setelah lulus dari jenjang sekolah menengah atas Nara memutuskan
untuk berkuliah disalah satu perguruan tinggi yang terkenal dan cukup jauh dari
tempat tinggalnya, sehingga ia berinisiatif untuk tinggal di kostan yang cukup
dekat dengan tempat kuliahnya.
Asik
memilih-milih bahan untuk stok makanan selama seminggu kedepan sampai-sampai
tidak sadar menabrak seseorang.
“Auhh… Maaf” Kata Nara meminta maaf atas
perbuatannya.
“Oh tidak apa-apa” Gadis itu tersenyum, kira-kira
umurnya sama dengan Nara. Itulah perkiraan pertama yang langsung ditarik Nara
menjadi kesimpulan. Nara balas tersenyum “Sekali lagi maaf” Gadis itu
mengangguk.
“ OK, sampai jumpa” Teriaknya sambil melambai
keluar.
Nara
terus tersenyum mengembang. Tapi ketika Nara melirik kebawah, Oh tunggu!
Dompetnya ketinggalan. Nara memungutinya, pasti tadi terjatuh. Terkaan Nara, ia
membuka dompet itu buka bermaksud lancing tetapi hanya ingin memastikan apa
benar dugaannya benar. Dan benar saja! Foto dari gadis itu ada dalam KTP, SIM,
dan Kartu namanya. Dan namanya adalah… Kesya Putri Gutomo. Nama itu? Nara
mencoba mengingat-ngingatnya dan seketika ia diam mematung, seluruh tubuhnya
seperti mati rasa. Benarkah dia, dia Kesya yang itu? Oh Ya Tuhan! Jika benar,
Terima kasih.
Peluk dan salam hangat~
Imajiandara
Bagus. Ji
BalasHapus